Arsitektur Vernakular: Kekurangan dan Kelebihannya

Dyah Mahasasi Dyah Mahasasi
Joglo. sleman yogyakarta, Chans Architect Chans Architect
Loading admin actions …

Istilah arsitektur vernakular terdengar cukup asing bagi sejumlah kalangan, terutama mereka yang tidak berkecimpung di bidang arsitektur. Sebenarnya arsitektur vernakular bisa ditemukan dengan mudah di sekitar kita, mengingat arsitektur ini juga merupakan sesuatu yang menjelaskan karakter suatu kelompok masyarakat secara visual. Kali ini, mari kita luangkan waktu sejenak untuk mempelajari arsitektur vernakular melalui uraian singkat di bawah ini. Setelah ini mungkin Anda tertarik untuk mengaplikasikannya dalam arsitektur vernakular sebagai bagian dari kehidupan Anda. 

1. Definisi arsitektur vernakular

Istilah vernakular atau vernacular terbentuk dari sebuah kata dalam Bahasa Latin, yaitu vernaculus yang berarti asli atau domestik. Sedangkan arti arsitektur vernakular bermakna sebuah keahlian mendirikan bangunan yang dimiliki sekelompok masyarakat di daerah tertentu pada periode waktu tertentu pula. Secara literal, ada perbedaan antara arsitektur tradisional dan arsitektur vernakular. Istilah arsitektur tradisional digunakan untuk menyebut bangunan-bangunan yang mengandung elemen-elemen kepantasan, misalnya candi dan istana. Sedangkan arsitektur vernakular bisa saja tidak mengandung elemen kepantasan arsitektur tradisional dan berfungsi sebagai tempat tinggal, misalnya rumah joglo. Semua bentuk arsitektur vernakular dibangun untuk memenuhi kebutuhan tertentu dengan memadukan nilai-nilai tradisional, ekonomi, dan gaya hidup budaya yang membangunnya. Bangunan arsitektur vernakular dibangun sesuai dengan kondisi cuaca, geografis, dan alam di sekitarnya. Bahan atau material bangunan yang digunakan umumnya masih alami dan mudah ditemukan di masa-masa ketika suatu kelompok masyarakat belum mengenal jenis-jenis gaya bangunan selain arsitektur vernakular. Keahlian dan keterampilan mendirikan arsitektur vernakular umumnya diperoleh secara turun menurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dengan demikian, sebuah rumah adat yang dirancang oleh seorang arsitek di masa modern tidak dapat disebut sebagai arsitektur vernakular. 

2. Latar belakang arsitektur vernakular

Kita sebagai bagian dari masyarakat Indonesia termasuk beruntung karena keberagaman suku juga melahirkan keberagaman arsitektur vernakular karya nenek moyang. Pernahkah terbersit dalam benak kita mengapa, misalnya, bentuk rumah adat Sulawesi dan Papua sangat jauh berbeda meskipun dua pulau itu secara geografis terletak berdekatan?  

Selain faktor cuaca dan letak geografis di poin sebelumnya, inilah beberapa hal yang membentuk karakter arsitektur vernakular: 

1. Nilai-nilai keluarga  

Jaman dahulu dan sekarang suku-suku Nusantara dikenal memiliki karakter cenderung hidup berkelompok, baik dengan komunitasnya maupun dengan keluarganya. Dalam satu rumah tradisional suku Mentawai atau uma, misalnya, bisa menjadi tempat tinggal beberapa keluarga sekaligus. Anak-anak yang telah dewasa dan menikah tinggal di bagian depan rumah. Sementara orang tua mereka tinggal di bagian tengah rumah. Anak-anak yang masih belum dewasa atau belum menikah tinggal di bagian belakang rumah dengan area terpisah untuk anak laki-laki dan perempuan. Maka tidak heran bila rumah tradisional suku-suku Nusantara umumnya besar meski sederhana. Selain area pribadi untuk masing-masing keluarga, biasanya rumah tradisional memiliki area yang digunakan bersama-sama, yaitu dapur dan ruang keluarga. 

2. Kepercayaan 

Sebelum datangnya agama, suku-suku Nusantara sudah memiliki kepercayaan sendiri. Sebuah aliran kepercayaan masyarakat Jawa kuno misalnya, meyakini bahwa gunung adalah pusat berkumpulnya roh-roh nenek moyang yang sudah meninggal. Oleh karena itu kita mengenal punden berundak, sebuah struktur kuno untuk keperluan religius yang biasanya terletak di kaki gunung dengan bentuk condong ke arah gunung. Dalam kehidupan sehari-hari, kepercayaan ini juga mempengaruhi cara masyarakat Jawa kuno membangun rumah, yaitu menghadap ke arah gunung. 

3. Kebutuhan hidup 

Mengingat suku-suku asli hidup dengan cara memanfaatkan apa yang ada di sekitarnya, maka mereka cenderung membangun rumah yang memudahkan mereka memenuhi kebutuhan hidup sesuai dengan kondisi sekitarnya. Arsitektur vernakular khas Indonesia seperti rumah panggung kayu juga didirikan di daerah-daerah lain yang jauh dari Indonesia. Tujuannya antara lain untuk meindungi diri dari serangan binatang buas seperti harimau atau ular berbisa. Sementara suku Dayak Kalimantan cenderung membangun rumah di atas sungai atau rawa agar memudahkan mereka mencari makan dengan cara menangkap ikan dengan tak perlu jauh-jauh meninggalkan rumah. 

4. Karakter suku 

Semua manusia di dunia ini memiliki karakter yang berbeda, dan itu tercermin dalam arsitektur vernakular ciptaan masing-masing etnis. Suku-suku Nusantara suka berkumpul dan menghabiskan waktu bersama, sehingga ruangan di dalam rumah mereka cenderung terbuka dan bisa diakses siapa saja yang membutuhkannya. Berbeda dengan d Jepang di mana masyarakat daerah ini bisa menentukan kapan waktu untuk nongkrong bersama dan kapan waktu para orang tuan berkumpul tanpa diganggu anak-anak mereka. Ini tercermin dalam penggunaan pintu geser (shoji) untuk mengubah sebuah ruang terbuka menjadi ruang tertutup bagi para tetua membicarakan hal-hal yang tidak boleh didengar mereka yang berusia lebih muda. 

3. Kelebihan arsitektur vernakular

Arsitektur vernakular memiliki beberapa kelebihan, di antaranya: 

1. Merupakan perwujudan pengetahuan lokal dan tradisi, sehingga bisa menimbulkan perasaan bangga dan bahagia dengan identitas sebagai bagian komunitas tertentu. 

2. Cenderung memanfaatkan sumber daya alam lokal, sehingga lebih ramah lingkungan dan mendukung penggunaan energi secara berkelanjutan. 

3. Merupakan perwujudan hubungan harmonis antara kelompok masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Kita tahu suhu di daerah tropis seperti Indonesia dan Afrika cenderung hangat. Sedangkan suhu di Kutub Utara sangat dingin. Suhu yang ekstrem tidak membuat masyarakat pribumi meninggalkan tanah kelahirannya. Mereka menerima kondisi tersebut dan menciptakan arsitektur vernakuler masing-masing agar mampu bertahan hidup. 

4. Arsitektur vernakular didesain secara spesifik dengan memperhatikan iklim sekitar, sehingga pasti sesuai dengan kebutuhan hidup manusia dan masyarakat yang mendiaminya.  

5. Dengan mendirikan arsitektur vernakular yang dibangun secara komunal (bersama-sama), pengetahuan tentang mendirikan bangunan bisa ditularkan secara merata ke seluruh anggota konunitas dan tidak hanya dikuasai kelompok tertentu. 

4. Kekurangan arsitektur vernakular

Seperti hasil ciptaan manusia lainnya, arsitektur vernakular juga memiliki beberapa kekurangan, yaitu: 

1. Dengan banyaknya anggota keluarga yang tinggal bersama, kurang ada privasi untuk masing-masing keluarga.

2. Ketergantungan pada sumber daya alam sekitar akan menimbulkan masalah di kemudian hari ketika sumber daya alam itu menipis atau habis sama sekali. Hal ini mengakibatkan harga material menjadi mahal. 

3. Mengingat pengetahuan mendirikan arsitektur vernakular biasanya tidak terdokumentasi (dicatat) secara sistematis dan hanya diajarkan secara turun temurun, ada kemungkinan terjadi penurunan kualitas antara arsitektur vernakular ciptaan generasi terdahulu dan generasi mendatang.  

4. Arsitektur vernakular dikhawatirkan kurang mampu merespon keadaan alam yang berubah, misalnya akibat perubahan iklim atau bencana alam besar.  

5. Selain harga material yang mahal, membangun arsitektur vernakular juga membutuhkan waktu pengerjaan yang tidak sebentar. 

5. Tips melestarikan arsitektur vernakular

Dengan segala kelebihan dan kekurangan yang telah kami paparkan, ini bukan berarti kita tidak bisa menjadikan arsitektur vernakular sebagai opsi untuk menciptakan hunian idaman. Kita sebaiknya ingat bahwa sesuatu bisa bertahan hidup bila ia bisa menyesuaikan diri dengan situasi di sekitarnya. Demikian juga arsitektur vernakular akan bisa bertahan bila beradaptasi dengan arsitektur modern. Kita yang masih menyimpan kerinduan pada hasil karya nenek moyang tetap bisa mengaplikasikan arsitektur vernakular dalam kehidupan modern dengan cara berikut ini: 

1. Mendirikan bangunan berarsitektur vernakular dengan teknik atau metode mendirikan bangunan secara modern agar lebih menghemat waktu. Cara ini juga bisa diterapkan untuk membangun hunian vernakular yang sesuai dengan tuntutan jaman. Misalnya dengan membangun rumah adat yang tahan gempa. 

2. Mahalnya material khas arsitektur vernakular bisa diakali dengan cara memadukan material arsitektur vernakular dan material bangunan modern. Materi yang dipilih sebaiknya juga tahan lama agar memudahkan pemeliharaan. 

3. Memadukan gaya bangunan arsitektur vernakular dengan gaya arsitektur lainnya. Misalnya, membangun rumah panggung dengan perpaduan gaya tradisional dan gaya minimalis. Rumah yang semacam ini nantinya akan menjadi sebuah rumah adat yang tampak elegan karena penggunaan elemen dekorasi diminimalkan. 

4. Mendirikan hunian berarsitektur vernakular dengan fungsi ruang-ruang yang berbeda sesuai kebutuhan pemilik rumah. Sebagai contoh, di masa lalu kolong rumah panggung digunakan sebagai kandang ternak. Di masa modern, kolong rumah panggung bisa dimanfaatkan sebagai garasi, taman, bahkan teras. 

5. Kuno di luar, modern di dalam. Artinya, hunian bisa dirancang dengan gaya tradisional dari segi penampakan luar rumah atau fasad rumah. Sedangkan interior rumah tampil dengan gaya modern. Bukankah sesuatu yang lawas itu tidaj harus ketinggalan jaman? 

Ingin mendirikan rumah bergaya arsitektur vernakular? Silakan berkonsultasi dengan profesional untuk hasil terbaik. 

Need help with your home project?
Get in touch!

Highlights from our magazine